Diam itu Emas:
إِنْ كَانَ الْكَلاَمُ مِنْ فِضَّةٍ, فَالصَّمْتُ مِنْ ذَهَبٍ
Kalau bicara itu dari perak, maka diam itu dari emas.
TIDAK ADA ASALNYA.
Ini bukan hadits, tetapi ucapan Sulaiman bin Dawud atau Luqman kepada anaknya. Al-Khoththobi berkata: "Ini dibawa kalau ucapan tersebut tidak ada faedahnya, sebab bicara dalam sebagian tempat dan keadaan terkadang bisa hukumnya wajib atau sunnah".
Cukuplah bagi kita hadits shahih yang masyhur sebagai berikut:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaknya berucap ucapan yang baik atau diam. (HR. Bukhari 6019 Muslim 48)
Hadits ini menunjukkan bahwa ucapan yang baik itu lebih baik daripada diam, karena yang pertama manfaatnya kepada orang lain, dan yang kedua untuk diri sendiri.
إِنْ كَانَ الْكَلاَمُ مِنْ فِضَّةٍ, فَالصَّمْتُ مِنْ ذَهَبٍ
Kalau bicara itu dari perak, maka diam itu dari emas.
TIDAK ADA ASALNYA.
Ini bukan hadits, tetapi ucapan Sulaiman bin Dawud atau Luqman kepada anaknya. Al-Khoththobi berkata: "Ini dibawa kalau ucapan tersebut tidak ada faedahnya, sebab bicara dalam sebagian tempat dan keadaan terkadang bisa hukumnya wajib atau sunnah".
Cukuplah bagi kita hadits shahih yang masyhur sebagai berikut:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaknya berucap ucapan yang baik atau diam. (HR. Bukhari 6019 Muslim 48)
Hadits ini menunjukkan bahwa ucapan yang baik itu lebih baik daripada diam, karena yang pertama manfaatnya kepada orang lain, dan yang kedua untuk diri sendiri.